Rabu, 09 November 2016

entrepreneur

Membangun Spirit Teknopreneurship

20032009
teknopreKewirausahaan adalah satu hal inovasi kreatif ekonomi yang saat ini sedang banyak dibutuhkan sebenarnya. Sebuah bangsa yang handal bida diperoleh dengan mengedepankan sisi kewirausahaannya. Hal tersebut dikarenakan salah satu faktornya adalah potensi yang dimiliki. Individu-individu di sebuah bangsa tersebut bisa saja berpotensi, akan tetapi seolah tidak tahu bagaimana cara memulai kewirausahaan dan bagaimana caranya.
Buku ini mengupas teoritik ilmiah mengenai kewirausahaan dengan berbagai contoh yang dapat cukup menginspirasi dan memberikan contoh teladan bahwa kewirausahaan atau entrepreneurship adalah solusi pantas negri ini. Seperti contoh kisah sukses Nokia, Anita Riddick dan Google. Spirit yang coba dihadirkan di buku ini adalah sisi teknis teknologis dalam pengembangan entrepreneurship. Atau istilah yang sekarang sedang mulai digemborkan adalah “teknopreneur”. Teknopreneur adalah seorang entrepenur yang menggunakan aspek teknologi sebagai keunggulannya.
Judul lengkapnya adalah “Entrepreneurship. Membangun Spirit Teknopreneurship”. Penulis adalah staff pengajar di jurusan Teknik Industri ITS Surabaya; Ir.Arman Hakim Nasution, M.Eng, Ir. Bustanul Arifin Noer, M.Sc, dan Ir Mokh Suef.M.Sc. diterbitkan pada tahun 2007, masih cukup hangat. Penerbit adalah Andi Yogyakarta, dengan tebal 276 halaman dan dibandrol dengan harga yang cukup murah untuk ukuran mahasiswa; di bawah 100 ribu rupiah.
Yang coba dibahas dalam buku ini meliputi wawasan teknopreneurship, membangun spirit teknopreneurship, membidik peluang usaha, perencanaan keuangan, sampai pada pemasaran keuangan. Apa yang tercantum dalam buku ini memang belum menampilkan pemahaman komprehensif dan sisi teknis bagaimana cara menjadi teknopreneur. Teknopreneur sebagai istilah yang kira-kira sudah sejak 20 tahunan silam dikemukakan telah memberikan contoh keberhasilannya. Berbeda dengan konsep entrepreneurshipsecara umum, yang memang sudah sejak lama sekali sejak tahun 1800-an. Seorang entreprenur bukan sekadar pedagang biasa, misalnya membuka toko kelontong atau membuat usaha pedagang kaki lima. Memang ada tiga unsur penyusun seorang entrepreneur, yakni membeli, membuat dan menjual. Akan tetapi proses kreatif dan inovatif sangat diperlukan. Ada unsur pemberdayaan, dan bermula dari seorang individu yang kuat secara mental emosional. Bukan usaha korporasi atau aliansi yang dibuat bersama.
Dikemukakan di buku ini mengenai cotoh sukses pengembangan teknopreneur sekitar 20 tahunan silam di Finlandia dan Singapura. Sedangkan di Indonesia, konsep tersebut pernah diketengahkan pada tahun 2003 di ITB, ada semacam workshop dan seminar mengenai teknopreneur. Dan yang terdekat, akan diadakan Short Course Entrepreneurship-Technopreneurship di LIPO (Laboratorium Inovasi dan Pengembangan Organisasi) FTI UII Yogyakarta kira-kira mulai  April 2009. Arahannya adalah pengembangan keilmuan teknopreneur dan pembuatan business plan. Contoh seorang teknopreneur Indonesia yang sempat disebut sebagai sebagai contoh sukses adalah Fadel Muhammad dan Ahmad Gobel.
Pemaparan motivasi dan spirit sangat kental di buku ini. Seperti pengungakapan bahwa watak seseorang dibagi menjadi 4 kuadran, yakni Dominan (D), Popular (P), Tenang (T) dan Konvensiaonal (K). Kesemuanya berpotensi menjadi entreprenur, akan tetapi dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Bagaimana menganalisis kelayakan usaha juga dipaparkan dalam buku ini. Baik mulai dari mengelola permodalan sampai perhitungan biaya produksi. Namun, belum menyeluruh dalam menampilkan sisi laporan keuangan yang harus ada dalam studi kelayakan bisnis.
Bagian terakhir menceriterakan konsep pemasaran dan teknopreneur. Mulai dari mitos-mitos pemasaran yang sering dipatahkan dengan fakta yang ada, sampai kisah-kisah sukses pemasaran usaha dengan globalisasi pasara (internet, global operation, dll)


Sumber:
https://nurrahmanarif.wordpress.com/2009/03/20/membangun-spirit-teknopreneurship/

Tidak ada komentar:
Write komentar